TIDAK sedikit orang yang menyukai makanan seperti gorengan, daging berlemak, atau berbagai jenis makanan cepat saji. Padahal, meski nikmat di lidah, makanan-makanan tersebut tidak jarang memicu kadar kolestrol tinggi dalam darah.
Dalam level tertentu, kolestrol dibutuhkan tubuh. Misalnya, untuk membangun sel-sel baru yang dibutuhkan. Ada dua jenis kolestrol, yakni lipoprotein berkepadatan rendah (LDL) dan lipoprotein berkepadatan tinggi (HDL). LDL, atau acap disebut kolestrol jahat, berfungsi membawa kolestrol dari organ hati ke sel-sel yang memerlukan. Akan tetapi, jika kadarnya kelewat tinggi, ia akan mengendap pada dinding-dinding arteri dan menyebabkan penyakit.
Foto Ilustarsi |
Kadar kolestrol yang tinggi dapat memantik berbagai risiko penyakit, di antaranya jantung koroner, sindroma metabolik, juga obesitas. Untuk menangkal risiko kolestrol tinggi, ada baiknya kita rajin mengonsumsi makanan, atau minuman berserat seperti jus buah segar.
Dokter Sophia B Hage mengatakan konsumsi serat dapat membantu menekan kadar kolestrol juga gula darah sehingga dengan sendirinya akan mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut. Selain itu, makanan atau minuman berserat tinggi menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama sehingga dapat membantu mengidealkan berat badan.
“Serat merupakan komponen penting dalam makanan seharihari dan bermanfaat bagi kesehatan. Sayangnya, rata-rata asupan makanan kita sehari-hari hanya mencakup 50% dari asupan serat yang direkomendasikan,” ujarnya seperti dilansir melalui Klikdokter.com.
Para ahli merekomendasikan asupan serat 25 gram per hari. Salah satu sumbernya ada pada buah dan sayur. Ironisnya, hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan 2013 menunjukkan proporsi rerata nasional masyarakat Indonesia yang mengonsumsi buah dan sayur masih sangat rendah yakni hanya 6,5%.
Lebih lanjut, ia menjelaskan serat dapat mengikat lemak, gula, dan kolestrol yang terkandung pada makanan dan membuangnya bersama kotoran. Secara tidak langsung, serat pun dapat menjaga kadar gula darah sehingga baik untuk pembuluh darah dan menghambat penyerapan lemak hingga tidak terjadi hipokolesterol.
“Karenanya, ini (serat) baik untuk kesehatan jantung,” imbuhnya. Di samping itu, serat pun dapat bekerja sebagai prebiotik yang baik untuk perkembangan probiotik (bakteri baik) di pencernaan. Dengan adanya asupan serat yang kontinu, mikroorganisme di pencernaan menjadi seimbang dan terjaga sehingga seluruh bagian dapat berfungsi baik. (Sumber: Mediaindonesia)